KONSEP
DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
DAN
PENGAJARAN REMEDIAL
2.1. Konsep
Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
2.1.1. Definisi
Diagnostik Kesulitan Belajar
Guru sebagai pendidik dituntut
untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didiknya. Kegiatan memahami
kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnostik kesulitan
belajar. Dalam memahami apa yang dimaksud diagnostik kesulitan belajar,
sebelumnya kita harus memahami istilah diagnostik dan kesulitan belajar.
a) Diagnostik
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis/di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis
penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnostik antara lain, menurut
Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnostik adalah
suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola
gejala-gejalanya. Jadi diagnostik merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal
yang dipandang tidak beres atau bermasalah.
Sedangkan
menurut Webster, diagnosik diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan
permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian
tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang
dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi.
Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosik adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan
meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
yang tampak.
b)
Kesulitan Belajar
Secara
harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang
itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari
keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau
hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor
fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
Beberapa
kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajat ini mempengaruhi banyak aspek
kehidupan seseorang, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari,
kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan
bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berengaruh pada
kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat
proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak
pada aspek lain kehidupan mereka.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnostik
kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan
peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau
dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang
nampak.
2.1.2. Jenis-Jenis
Kesulitan Belajar
Mengenali kesulitan belajar jelas
berbeda dengan mendiagnostik penyakit cacar air atau campak. Cacar air dab
campak tergolong penyakit dengan gejala yang dapat dikenali dengan mudah.
Berbeda dengan LD (Learning Disorder/Gangguan
belajar) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan penyebab,
gejala-gejala, perawatan, serta penanganan.LD sangatlah sulit untuk didiagnostik
dan dicari penyebabnya secara pasti.Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau
perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Tidak semua kesulitan dalam proses
belajar dapat disebut LD. Sebagian anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidakwajaran
dalam perkembangan alaminya, sehingga
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum
seseorang dinyatakan menderita LD tertuang dalam buku petunjuk yang berjudul
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Kesulitan belajar
dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
1. Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan
belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini
menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat,
berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau
memahami apa yang orang lain katakan.
2. Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi
yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman
sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
3. Kesulitan
lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh
serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Kesulitan
lainnya seperti “gangguan kemampuan motorik” dan “gangguan perkembangan khusus
yang belum diklasifikasikan”.Gejala-gejalanya adalah keterlambatan atau
keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang
pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu.Tetapi
bedanya, ini semua tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan
belajar yang telah kita bahas sebelumnya.Gejala-gejala ini juga mencakup
gangguan koordinasi tubuh yang pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya
tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta
mengingat.
2.1.3. Faktor
Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor
penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a)
Faktor
internal yang meliputi:
1.
Kesehatan
Kondisi fisik secara
umum dapat memengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang buruk
dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai
potensi yang sebenarnya.
2.
Problem
Menyesuaikan Diri
Walaupun faktor ini
erat kaitannya dengan masyarakat sekitarnya namun sumber utama faktor ini
berasal dari salam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
Prilaku siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan hal (1) siswa menolak
untuk belajar dan hanya ingin melakukan yang dia senangi, (2) siswa menjadi
nakal, agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka, (3) siswa berprestasi
negatif terhadap kegiatan belajar, (4) siswa memindahkan kekerasan dari rumah
ke sekolah apabila ia menjadi korban
kekerasan orang tuanya ataupun saudaranya, dan (5) siswa menolak perintah
belajar atau tekanan lain dari orang tua.
1.
Lingkungan
Faktor ini merupakan
faktor yang tidak mudah diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil
reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya.
Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat menjadi problem yang sulit
dalam belajar.
2.
Cara
Guru Mengajar yang Tidak Baik
Karena cara mengajar
guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal
ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik
penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
3.
Orang
Tua Siswa
Orang tua yang tidak
mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi
anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar menjadi
faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
4.
Masyarakat
Sekitar
Masyarakat di sekitar
siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif
terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
2.1.4. Ciri-Ciri
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Pengetahuan
tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting
dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa
yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasaipengetahuan dalam
batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang mempengaruhinya. Faktor itu
antara lain disebabkan lemahnya kemampuan siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan
dasar tertentu pada sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai sebelunya.
Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya berkisar pada pelajaran
membaca, menulis,dan berhitung. Akibat kelemahan itu, siswa akan selalu
menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan lainya, sehingga prestasi yang
diperolehnya menjadi rendah bahkan gagal meraih sukses di sekolah, jika tidak
ada usaha untuk memperbaikinya.
Ciri-ciri umum
siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa,
perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan
proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri
itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian
analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental,
sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya.
Ketidaksanggupan
siswa lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan
perilakunya menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga
mengundang masalah orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar
disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat
seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010), kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam
empat hal, yaitu:
1.
Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang
menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata,
tulisan, dan suara.
2.
Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman
terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia
kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika. Karena itu
kerusakan-kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan-kerusakan
di bidang dyscalculia, demikian pula
sebaliknya.
3.
Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian
terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat
memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang
mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya
menjadi kacau.
4.
Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai
dirinya menurutukuran ruang dan waktu.
Kerusakan lainnya yang
membuat siswa lamban belajar adalah Social
defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu
dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah
(1) sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial, seperti dalam mencurahkan
idemelalui raut muka dan gerakan-gerakan motorik lainnya, (2) sering nmemotong
pembicaaan orang, (3) berbicara dengan keras, (4) sulit berteman, dan (5) ketidaksadaran
terhadap cara-cara orang lain mengamati perilakunya.
Berdasarkan
hasil penelitian para pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup
mengembangkan keterampilan sosila dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya.
Ukuran kepercayaan yang tumbuh pada dirinya dapat menjadi alat untuk
mengembangkan keterampilan bergaul dalam lingkungannya.
2.1.5. Prosedur
Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam melakukan diagnostik
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum
yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu:
1. Mendiagnostik
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi
kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
2. Mengadakan
estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
3. Mengadakan
terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam
rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa
tersebut.
Dalam hal ini, seorang guru harus
senantiasa secara teratur memantau dan menerma informasi tentang kemajuan
belajar siswa. Lebih jauh, informasi yang diterimanya itu harus dapat digunakan
sebagai diagnostik atau peramalan tentang kondisi belajar siswa.
Informasi yang telah diterima dapat
dijadikan umpan balik (feed back)
untuk memantau penguatan (reinforcement)
yang dimiliki oleh siswa dalam setiap unit pembelajaran, mengakui apakah siswa
itu sedah belajar dengan baik atau belum, dan mengidentifikasi siswa-siswa yang
ternyata mengalami kesulitan belajar.
2.1.6. Mendiagnostik
Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sebenarnya terhadap kesulitan
belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan
kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji
tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas
pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memerhatikan dan memahami
pertanyaannya.
Masing-masing tipe LD (Learning Disorder/Gangguan belajar)
didiagnostik dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnostik
kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan
bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta
membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal.
Sehubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis
yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka pengujiannya dilakukan
dengan metode uji standar. Kita perlu memperhatikan bahwa penanganan gangguan
belajar itu sangatlah berbeda dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di
sekolah.
Jika sekolah
gagal mengenali keterlambatan belajar, orang tua dapat mencari alternatif lain.
Orang tua harus mengetahui setiap langkah evaluasi yang dilakukan oleh sekolah
tersebut. Orang tua juga harus mengerti bahwa mereka dapat menolak keputusan sekolah
bila tidak setuju dengan hasl diagnosis yang dilakukan tim pendiagnosis. Orang
tua selalu memliki hak untuk mendengarkan pendapat yang berasal dari pihak
kedua.
Sebagian orang
tua merasa seorang diri dan bingung ketika berbicara dengan para ahli. Sebagian
orang tua berpendapat bahwa lebih baik meminta bantuan kepada seseorang yang
mereka percayai dan selanjutnya pergi bersamanya ke pertemuan sekolah. Orang
yang dipercaya itu bisa dokter atau bahkan tetangga keluarga tersebut. Mengajak
seseorang yang kenal dengan kondisi sang anak sangat menguntungkan, karena ia
dapat memahami nilai hasil uji dari permasalahan belajar anak itu.
2.1.7. Evaluasi
Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi
diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang
memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai
evaluator. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang
memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak
terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes
formatif.
Ada sebagian
guru yang tidak menyadari bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran itu
bervariasi. Guru mengajar siswa yang dikelompokkan dalam kelas dengan asumsi
mereka memiliki umur yang sama, pengetahuan sama, kecepatan menerima materi
pembelajaran sama, dan siswa dianggap memiliki kesiapan belajar yang sama.
Namun ternyata ketika diberikan contoh soal atau latihan soal ternyata terdapat
masalah, karena ada siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat
menyelesaikan soal tersebut dengan baik.
Permasalahan
yang ditemukan tersebut perlu dicari penyebabnya dan program apa yang dapat
diberikan supaya para siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan guru. Dengan evaluasi diagnostik kesulitan belajar ini, diharapkan
para guru dapat mengidentifikasi beberapa siswa yang memiliki kesulitan
belajar.
Evaluasi
diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal
tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk
menentukan tingkat pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam
melakukan evaluasi diagnostik kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik
pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan,
semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.
2.2. Konsep
Dasar Pengajaran Remedial
2.2.1. Definisi
Pengajaran Remedial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang mendefinisikan bahwa “Remedial”
dan “Teaching”. Bila dipisahkan kata remedial berarti (1) Remedial yang berhubungan
dengan perbaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek, (2)
Remedial berarti bersifat menyembuhkan (yang disembuhkan adalah beberapa hambatan / gangguan
kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik
dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi). Sedangkan teaching
yang berarti “pengajaran” berarti proses perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan Perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.
Menurut Ischak S.W dan Warji R. dalam bukunya Program
Remidial Dalam Proses Belajar-Mengajar memberikan pengertian Remedial Teaching adalah “Kegiatan perbaikan dalam
proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk pemberian bentuk pemberian bantuan. Yaitupemberian
bantuan dalam proses belajar
mengajar yang berupakegiatan
perbaikan terprogram dan disusun secara sistematis.”
Menurut Sukardi, “Remedial tidak
lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika
kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remedial merupakan
tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik
dilakukan”.
Pengajaran remedial merupakan suatu
bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan
pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.
Maka pengajaran
remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka
pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan
logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar.
2.2.2. Tujuan
dan Fungsi Pengajaran Remedial
a)
Tujuan Pengajaran Remedial
1. Supaya
siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal
kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
2. Supaya
siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
3. Supaya
siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4. Supaya
siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya
hasil yang lebih baik.
5. Supaya
siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah
ia mampu mengatasi hambatan yang menjadi kesulitan belajarnya, dan
mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
b) Fungsi
Pengajaran Remedial
1. Fungsi
Korektif
Berarti bahwa melalui
pengajaran remedial dapat dilakukan perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang
belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,
antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar,
materi dan alat pelajaran, evaluasi dan lain-lain.
2. Fungsi
Pemahaman
Berarti bahwa dengan remedial
memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik dan komprehesif mengenai pribadi siswa.
3. Fungsi
Penyesuaian
Berarti bahwa pengajaran
ramedial dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan proses belajarnya.
4. Fungsi
Pengayaan
Berarti bahwa melalui
pengajaran remedial, siswa akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga
materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh
melalui pengajaran ramedial.
5. Fungsi
Akselerasi
Berarti bahwa melalui
pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan
menggunakan waktu yang efektif dan efesien.
6. Fungsi Terapeutik
Fungsi
ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial secara langsung atau tidak akan
dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa
yang diperkirakan menunjukan adanya penyimpangan.
2.2.3. Metode
dalam Pengajaran Remedial
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu
metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai
dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat
digunakan, yaitu :
a) Tanya Jawab
Metode
ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat
kesulitan siswa. Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu
memungkinkan terbinanya hubungan baik antara guru dan siswa, meningkatkan
motivasi belajar siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dan sebagainya.
b) Diskusi
Metode
ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar-individu dalam kelompok untuk
memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.
c) Tugas
Metode
ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan pemberian bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan metode ini, siswa diharapkan
dapat lebih memahami dirinya, dapat memperdalam materi yang telah dipelajari,
dan dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
d) Kerja Kelompok
Metode
ini hampir bersamaan dengan pemberian tugas dan diskusi. Yang terpenting adalah
interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
e) Tutor
Tutor
adalah siswa sebaya yang ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami
kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat
dibandingkan hubungan guru-siswa. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi,
hubungan sosial yang baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya. Tutor
berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru.
f) Pengajaran Individual
Pengajaran
individu adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses
belajar mengajar. Pendekatan dengan metode ini bersifat teraputik, artinya
mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa.
Hasil yang diharapkan dalam metode ini di samping adanya perubahan prestasi
belajar juga perubahan dalam pemahaman diri siswa.
2.2.4. Strategi
dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknikpengajaran
remedial / Remedial Teaching tesebut
seeperti yang dirumuskan oleh Izhar
Hasis yang disimpulkan dari Ross and
Stanley dan dari Dinkmeyer and
Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut :
a) Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Kuratif
Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat
kuratif kalau dilakukan setelah
selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Diadakannya
tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa seseorang atau sejumlah
orang atau mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas atau kelompok
belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar
yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan.Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengulangan(repetation)
Pengulangan dapat terjadi pada beberapa tingkatan, yaitu: pada setiap
akhir jam pertemuan, setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, dan
pada setiap satuan program studi (triwulan atau semester).
2.
Pengayaan (enrichment) dan Pengukuhan(reinforcement)
Kalau layanan remedial ditujuakan pada
siswa yang mempunyai kelemahan sangat
mendasar, maka layanan pengayaan dan pengukuhan
ditujukan pada siswa yang mempunyai kelemahan ringan. Teknik pelaksanaannya dapat dengan
memberikan tugas atau soal pekerjaan rumah.
3.
Percepatan(acceleration)
Percepatan diberiakan kepada kasus berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial atau
ego emosional. Ada dua
kemungkinan pelaksanaannya, yaitu promosi penuh status akademisnya ke tingkat
yang lebih tinggi sebatas kemungkinan dan maju berkelanjutan bila kasus
menonjol pada beberapa bidang tertentu.
b) Strategi
dan Teknik pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Preventif
Strategi dan teknik pendekatan preventif
diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau informasi yang ada dapat
diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Oleh
karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif adalah berusaha sedapat
mungkin agar hambatan-hambatan dalam mencapai prestasi dapai dihindari dan
kemampuan penyesuaian sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan dapat dicapai.Teknik pendekatan yang
dipakai adalah layanan pengajaran
kelompok yang Diorganisasikan secara homogen (homogenius grouping), layanan
pengajaran secara individualdan layanan pengajaran kelompok dengan dilengkapi
kelas khusus remedial dan pengayaan.
c) Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
Bersifat Pengembangan
Kalau
pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post teachingdiagnostic,
pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre teaching disgnostic maka pendekatan pengmebangan merupakan
tindak lanjut dari during teaching
diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya
proses belajar mengajar (PBM). Agar strategi pendekatan ini dapat dioperasikan secara teknis yang
sistematis, maka diperlukan adanya pengorganisasian proses belajar mengajar
yang sistematis seperti dalam bentuk pengajaran berprogram.
2.2.5. Langkah-Langkah
Melaksanakan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk bimbingan
belajar dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Meneliti kasus dengan
permasalahannya sebagai
titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b) Menentukan
tindakan yang harus dilakukan.
Dalam langkah ini, dilakukan usaha-usaha untuk menentukan
karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakteristik ditentukan,
maka tindakan pemecahannya harus dipikirkan adalah sebagai berikut :
1. Jika kasusnya ringan, tindakan yang
ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial kepada siswa tersebut.
2. Jika kasusnya cukup dan berat, maka
sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling terlebih dahulu.
c) Pemberian
layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
Tujuan dari layanan khusus bimbingan konseling ini adalah
mengusahakan agar siswa yang terbatas dari hambatan mental emosional
(ketegangan batin), sehingga kemudian siap menghadapi kegiatan belajar secara
wajar. Bentuk konseling di sini bisa berupa pdikoterapi yang dilakukan oleh psikolog.
Tetapi ada kalanya kasus ini dapat dilakukan oleh guru sendiri.
d) Langkah
pelaksanaan pengajaran remedial.
e) Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f) Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik.
Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai
berikut :
1.
Kasus
menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
diharapkan. Maka selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya.
2.
Kasus
menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
3.
Kasus
belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu didiagnostik
lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya
diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
2.2.6. Perbandingan
Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
a) Kegiatan pengajaran biasa sebagai
program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian
diadakan pelayanan khusus.
b) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan
kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
c) Metode dalam pengajaran biasa sama
buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial
(sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan.
d) Pengajaran biasa dilakukan oleh
guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team (kerjasama).
e) Alat pengajaran perbaikan lebih
bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
f) Pengajaran perbaikan lebih
diferensial dengan pendekayan individual.
g) Pengajaran perbaikan evaluasinya
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
2.2.7. Peran
Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan dan
Pengajaran Remedial
Pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran remedial itu merupakan tanggung jawab bersama antara
kepala sekolah, guru, orang tua, pemerhati pendidikan, tata usaha, dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terkait. Berikut adalah peranan-perananya :
a)
Kepala
Sekolah
1.
Kepala
sekolah harus menguasai sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial
di sekolah, mencakup tujuan, bidang-bidang kajian, cara-cara menemukan latar
belakang dan asal-usul serta sebab-sebab kesulitan belajar siswa, prediksi
penyembuhan, serta praktik penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
2.
Kepala
sekolah menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan setiap
waktu sesuai dengan kebutuhan.
3.
Kepala
sekolah memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa di rumah
untuk mengembangkan pendidikan masa depan anak-anaknya.
4.
Kepala
sekolah mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan
yang berfungsi menangani kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari
pengetahuan.
5.
Kepala
sekolah mampu mengangkat seorang ekspert yang bertugas sebagai guru pendidikan
remedial. Ia berperan pula membantu guru bidang studi atau guru borongan
lainnya dalam memecahkan kesulitannya menghadapi siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah.
b)
Orang
Tua Siswa
1.
Menerima
dengan baik kunjungan sekolah di rumah (home
visit).
2.
Bersikap
tanggap terhadap pembicaraan kasus putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak
emosional.
3.
Senang
menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus putra-putranya.
4.
Dapat
memberikan data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya
dalam pelajaran.
5.
Mampu
membantu memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang
dihadapinya.
c)
Staf
Tata Usaha Sekolah
Mengaministrasi
data-data kasus mulai dari latar belakang, asal-usul dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa, cara-cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
d)
Penilik
Sekolah
1.
Melakukan
kunjungan rutin ke sekolah sekurang-kurangnya dua minggu sekali, mamantau dan
mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial yang
telah dirancang sebelumnya.
2.
Menyelenggarakan
diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang upaya pemecahan
kesulitan belajar siswa.
3.
Menyelenggarakan
upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga terkait.
e)
Para
Pemerhati Pendidikan
Para pemerhati
pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh terhadap proses dan
hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah serta berinisiatif besar dalam
memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan kasus atau
dalam hal ini siswa lamban belajar.
f)
Lembaga-Lembaga
Kemasyarakatan Terkait
Keterlibatan
lembaga-lembaga kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran remedial, khususnya dalam penanganan kasus kenakalan remaja
diperlukan sekali terutama membantu sekolah dalam mengumpulkan data objektif
tentang latar belakang dan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa serta
membantu dalam penyelesaiannya.
2.2.8. Evaluasi
Pengajaran Remedial
Pada akhir
kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75%
taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan
diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
Evaluasi perlu
dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak
dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi
orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada
siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya
DAFTAR
PUSTAKA
Holt, John. (2010). Mengapa Siswa Gagal. Jakarta:Erlangga.
Mukhtar dan Rusmini. (2001). Pengajaran Ramedial. Teori dan
Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera.
Nurihsan, A. J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Nurihsan, A. J. & Yusuf, Syamsu. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Roziqin, M. K. (2013). Konsep
Dasar Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://muhammadkhoirulroziqin.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-pengajaran
remedial.html.
Setiyono, O. B. (2012). Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses
dari http://onibudi.blogspot.com/2012/04/pengajaran-remedial.html.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi
Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip &
Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Widoyoko, S. Eko Putro. (2009).
Evaluasi Program Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Cece. (2010). Pendidikan Remidial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, Derek. dkk. (2007). Kiat Mengatasi Gangguan Belajar.
Yogyakarta: Katahati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar